1. Waduk Multiguna Terbesar di Jawa Tengah
Sebagai waduk multiguna terbesar di Jawa Tengah, tempat ini berperan penting untuk menopang berbagai kebutuhan hidup bagi warga sekitarnya.
Selain tujuan utama awal pembangunannya yang difungsikan sebagai pengendali banjir Sungai Bengawan Solo, waduk ini juga memiliki beberapa kegunaan lain seperti objek wisata, pembangkit listrik tenaga air, sumber irigasi dan tempat budidaya ikan air tawar.
2. Dibuat Dengan Menenggelamkan 51 Desa di 7 Kecamatan
Mulai dibangun tahun 1976, selesai pada tahun 1980, dan diresmikan pada 1981Â secara langsung oleh Presiden RI pada saat itu, Sohearto.
Pembuatan waduk ini dilakukan dengan mengorbankan 67 ribu penduduk dengan imbal balik kepemilikan tanah dan rumah dalam program transmigrasi ke Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Jambi.
Peristiwa ini dikenal dengan nama Bedol Desa, untuk menghargai pengorbanan dan partisipasi warga yang terdampak atas pembangunan waduk ini, sebuah monumen bernama Patung Bedol Desa dibangun tidak jauh dari lokasi waduk.
3. Mampu Mengairi Area Persawahan di 4 Kabupaten Sekaligus
Waduk seluas 8.800 hektare dengan panjang 1.452 meter, tinggi 42 meter, dan volume 730 juta meter kubik yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri ini mampu mengairi area persawahan total seluas 23 ribu Ha yang berada di 4 kabupaten di luar Wonogiri, yaitu Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen.
4.Diperkirakan Tidak Akan Bertahan Selama 100 tahun
Pada awal pembangunannya di tahun 1976, para perancang mendesain sedemikian rupa agar waduk ini bisa bertahan setidaknya selama 100 tahun sebelum dilakukan pengerukan ulang.
Namun kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai) Bengawan Solo dan tingkat sedimentasi yang tinggi, membuat waduk ini terus mengalami pendangkalan dari tahun ke tahun.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah sedimentasi ini.
Mulai dari penghijauan daerah sekitar waduk, perbaikan pintu dan katup pengambilan air yang dilakukan dengan menggunakan pinjaman dari Bank Dunia dan hibah Pemerintah Jepang, namun upaya ini tidak berpengaruh signifikan untuk mengatasi masalah sedimentasi.
5. Sumber Air Minum dengan Julukan cemceman Popok
Julukan ini tidak diberikan tanpa adanya alasan. Pemerintah Kabupaten Wonogiri memanfaatkan Waduk Gajah Mungkur sebagai sumber air minum dan telah membangun sistem untuk 116.000 sambungan rumah.
Namun di balik itu semua, Waduk Gajah Mungkur Wonogiri telah tercemar limbah rumah tangga dan popok .
Hal ini yang kemudian dijadikan sebagai julukan cemceman popok dalam bahasa Jawa, yang berarti air rendaman popok.
6.Kemunculan Makam dan Pemukiman Tua Saat Musim Kemarau
Dibangun di atas bekas pemukiman, tentu saja waduk ini menyimpan sisa sisa jejak kehidupan yang ada sebelumnya di area ini.
Sebuah pemandangan yang cukup menarik bisa kamu temui jika berkunjung ke sini pada saat musim kemarau dan debit air menurun, akan terlihat area pemakaman dan rumah rumah penduduk di area genangan waduk yang masih berdiri walaupun telah terendam air selama puluhan tahun.
7.Waduk Terakhir di Indonesia yang Dibangun Tanpa Menggunakan Kontraktor
Waduk ini lalu dibangun sendiri Kementerian Pekerjaan Umum mulai tahun 1976 melalui Proyek Bengawan Solo (PBS)
Dengan bantuan analisis yang dilakukan oleh JICA (Japan International Cooperation Agency) dan rancangan dari Nippon Koei, sebuah kelompok yang bergerak dalam konsultasi teknik internasional untuk proyek bantuan pembangunan resmi.
Selain pembangunan waduk, juga dilakukan pembangunan saluran listrik udara dari Wonogiri hingga Wuryantoro, serta pemindahan kabel telepon sepanjang 44 kilometer dan jalan raya sepanjang 43,4 kilometer dari Wonogiri hingga Talunombo.