Tepatnya terletak di cekungan terendah lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran. Kawasan ini memiliki pemandangan yang sangat eksotis.
Para pengunjung yang beruntung bahkan dapat menikmati gagahnya deretan gunung tersebut saat cuaca sedang cerah.
Namun di balik keindahannya, Rawa Pening menyimpan sejumlah misteri dan hal yang bisa membuat bulu kudukmu berdiri.
Legenda Baru Klinting
Rawa Pening memiliki legenda yang diceritakan masyarakat setempat secara turun temurun.
Legenda tersebut mengisahkan seorang anak bernama Baru Klinting yang dikucilkan oleh penduduk desa dan menyebabkan terjadinya banjir besar yang menenggelamkan sebuah desa.
Dikisahkan bahwa Baru Klinting merupakan anak dari Endang Sawitri, putri dari Ki Sela Gondang, seorang kepala desa yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno.
Namun, karena sebuah kutukan, Baru Klinting terlahir sebagai seekor ular yang dapat berbicara dan harus mengelilingi Gunung Telomoyo dan bertapa selama 1 tahun untuk bisa berubah wujud menjadi manusia.
Namun naas, di saat Baru Klinting bertapa, warga yang tidak melihatnya memotong bagian ekornya, sehingga perubahannya menjadi manusia tidak sempurna.
Singkat cerita, Baru Kelinting pergi menuju desa terdekat untuk meminta makanan dan minuman kepada warga yang sedang berpesta.
Namun dengan keadaan tubuhnya yang tidak sempurna, penuh luka, lusuh, dan berbau amis, warga pun menolak dan mengusirnya.
Baru Kelinting merasa jengkel dan menancapkan sebatang lidi di tempat warga yang sedang berpesta tersebut dan kemudian pergi.
Ia terus berjalan hingga akhirnya tiba di sebuah gubuk yang dihuni seorang nenek tua bernama Nyai Latung.
Baru Klinting pun meminta minum kepada nenek tersebut. Melihat kondisi anak tersebut yang memprihatinkan, Nyai Latung merasa iba dan segera memberinya minum sekaligus makanan.
Selesai makan dan minum, Baru Klinting pun kemudian pamit. Sebelum pergi, ia berpesan kepada Nyai Latung agar naik ke atas lesung ketika mendengar bunyi kentongan.
Nyai Lantung yang mendengarnya seketika teringat dengan pesan Baru Klinting dan bergegas menaiki lesung.
Dalam kondisi terapung-apung di lesung, Nyai Latung menyaksikan para tetangganya tenggelam dan menyadari bahwa dirinyalah satu satunya orang yang selamat dari banjir tersebut.
Setelah terbawa menepi ke daratan, konon Nyai Latung memutuskan untuk tinggal di tepian danau dan menamainya Rawa Pening yang berasal dari genangan air bening yang membentuk rawa.
Saksi Bisu Tragedi Berdarah Ambarawa
Selain cerita tentang Baru Klinting, danau ini kabarnya menjadi tempat pembuangan mayat korban Palagan Ambarawa.
Tercatat pesawat tempur Mustang milik Belanda juga pernah ditembak jatuh dan bangkai pesawat ini juga yang dijadikan sebagai pajangan di Monumen Palagan Ambarawa.
Hal ini menjadikan Rawa Pening dikenal sebagai tempat wisata yang angker di Semarang selain Lawang Sewu.
Referensi :
Legenda Rawa Pening’, Tri Wahyuni, 2016