Logo Hola Indonesia
Search
Sabtu, 8 Februari 2025

Sejarah Karapan Sapi, Tradisi Lokal yang Penuh Kontroversi di Pulau Madura

Sejarah Karapan Sapi di Pulau Madura
Seorang joki sedang menaiki Karapan Sapi. Foto: Unsplash.

HOLAINDONESIA.id – Saat ini siapa yang tidak kenal Karapan Sapi? Perlombaan balap sapi ini berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur.

Karapan Sapi adalah sebuah perlombaan unik, yaitu sepasang sapi menarik semacam kereta kayu yang ditunggangi seorang joki.

Sapi ini kemudian dipacu untuk adu cepat melawan pasangan sapi lainnya.

Karena keunikannya yang menggunakan sapi sebagai tunggangan, Karapan Sapi menjadi terkenal luas sampai luar negeri.

Namun, ada cerita menarik dibalik perlombaan ini, yaitu sejarah Karapan Sapi yang berhubungan dengan penyebaran agama Islam di Madura.

Sejarah Karapan Sapi

Cerita dimulai dari seorang pendakwah yang bernama Syech Ahmad Baidawi, yang juga dikenal sebagai Pangeran Ketandur, yang datang ke Pulau Madura yang tanahnya kurang subur.

Beliau merupakan ahli pertanian dan juga pendakwah yang menyebarkan agama Islam melalui pendekatan bercocok tanam. Metode yang digunakan adalah mengelola pertanian dengan alat bajak yang ditarik dua ekor sapi.

Pada awalnya, Karapan Sapi diadakan untuk memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah. Masyarakat Madura memelihara sapi dan menggunakannya untuk membajak sawah. Hal inilah yang memunculkan adanya Karapan Sapi.

Baca Juga:  Yuk Mampir Ke 4 Destinasi Wisata Situbondo, Dijamin Ga Akan Menyesal!

Dalam perkembangannya, masyarakat Madura melakukan perlombaan bajak sapi untuk menyambut hasil panen.

Lokasi Perlombaan

Jika ingin melihat Karapan Sapi, wisatawan bisa menjadwalkan liburan pada Agustus–Oktober. Puncak perlombaan biasanya diadakan di Pamekasan.

Beberapa kota di Madura juga menyelenggarakan Karapan Sapi dari Agustus–September, dengan pertandingan finalnya pada akhir September atau Oktober di Pamekasan, untuk memperebutkan Piala Gubernur.

Perlombaan Karapan Sapi
Perlombaan Karapan Sapi. Foto: Pemkab Pasuruan.

Kontroversi Karapan Sapi

Dalam pagelarannya, perlombaan ini menuai banyak kontroversi yang tidak sedikit. Hal ini karena adanya kekerasan dan penyiksaan pada sapi, yang dikenal dengan rekeng.

Rekeng adalah melecut badan sapi dengan cambuk penuh paku agar sapi dapat berlari kencang.

Selain itu, sebelum diterjunkan ke arena, bagian pantatnya diparut dengan paku hingga berdarah. Luka ini biasanya juga diberi sambal atau balsem agar dapat berlari cepat.

Bahkan sebelum dipacu, seluruh badan hingga mata sapi diolesi dengan balsem, dikucuri spiritus dan cuka, yang membuat sapi kesakitan sehingga dapat berlari secara mengamuk.

@holaindonesia.id Oleh-oleh khas Madura memiliki keunikan tersendiri, yaitu sebagian besar berbahan dasar hasil laut. Hal ini karena sebagian besar masyarakat Pulau Madura berprofesi sebagai nelayan, sehingga ada banyak oleh-oleh berbahan ikan yang bisa dijumpai. Dan kalau sedang berlibur ke Pulau Madura, tentu wajib rasanya untuk membawa pulang oleh-oleh khas pulau kecil ini. #oleholehmadura #kulinermadura #makanankhas #terasiudang #otok #lorjuk #keripiktette #petismadura #dodolsalak #terikrispi ♬ Emerald (Lofi) – Muspace Lofi

Hal ini sebenarnya sudah dilarang oleh MUI dan Pemda Madura agar tradisi rekeng atau menyakiti sapi tidak dilakukan lagi.

Baca Juga:  Makanan Khas Malang Terdekat yang Mudah Ditemukan, Bakso!

Sehingga pada saat ini, Karapan Sapi yang memperebutkan Piala Gubernur diadakan tanpa kekerasan pada sapi. Walaupun tradisi rekeng masih berlanjut pada sebagian kalangan pelaku Karapan Sapi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Karapan Sapi merupakan pagelaran unik yang masih terjaga sampai sekarang.

Perlombaan ini menjadi ciri khas wisata Madura yang mampu menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara.

Bagikan:

Tag

Berita Terkini

7 Cara Merawat Cat Mobil Agar Tetap Mengkilap
Produk Lokal Indonesia Kualitas Internasional