HOLAINDONESIA.id – Dalam tiga tahun terakhir, mata uang kripto seperti Bitcoin telah mengalami perkembangan pesat di seluruh dunia. Oleh karena itu, penting mengetahui perbedaan Bitcoin dan mata uang tradisional dengan benar.
Mata uang digital ini tidak hanya tumbuh secara signifikan dalam hal nilai, tetapi juga dalam jenisnya. Bursa komoditi Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) melaporkan bahwa total kapitalisasi pasar mata uang kripto global saat ini mencapai US$1,56 triliun.
Sementara itu, Bitcoin memegang posisi pertama sebagai mata uang kripto dengan kapitalisasi terbesar di dunia. Bitcoin saat ini tercatat memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$97.541.
Apa itu Bitcoin?

Sebelum masuk ke pembahasan utama mengenai perbedaan Bitcoin dengan mata uang tradisional, alangkah baiknya untuk terlebih dahulu kita bahas pengertian mengenai Bitcoin.
Bitcoin adalah suatu aset mata uang digital canggih yang menggunakan enkripsi kriptografi, dan diperkenalkan oleh sosok tak dikenal bernama Satoshi Nakamoto pada tahun 2009.
Satoshi mempublikasikan 9 lembar white paper Bitcoin dengan judul “Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System” di berbagai forum di internet pada tanggal 31 Oktober 2008. Lalu satu tahun kemudian, blok pertama di jaringan Bitcoin berhasil ditambang.
Semenjak itu Bitcoin terus berkembang semakin besar. Dalam 10 tahun terakhir, Bitcoin telah mengalami kenaikan yang tinggi sebanyak 20.031.742%, sehingga menjadikan Bitcoin sebagai salah satu aset dengan performa terbaik.
Kegunaan Bitcoin
Dilihat dari fungsinya, Bitcoin memiliki berbagai kegunaan. Bitcoin digunakan terutama untuk pembayaran dan penyimpan nilai. Mata uang digital ini memungkinkan penggunanya untuk melakukan transfer, pembayaran, dan menyimpan nilai tanpa perlu melibatkan pihak ketiga atau perantara seperti bank atau lembaga keuangan lainnya.
Perbedaan Bitcoin dan Mata Uang Tradisional
Setelah mengetahui pengertian dan manfaat dari salah satu mata uang digital ini, mari kita bahas perbedaan Bitcoin dan mata uang tradisional.
1. Desentralisasi vs Sentralisasi
Bitcoin adalah mata uang yang diciptakan oleh komputasi terdesentralisasi dan terdistribusi dengan teknologi Blockchain, sehingga tidak dapat diatur oleh pemerintah atau bank sentral.
Sementara uang tradisional bersifat sentralisasi dan dikeluarkan oleh pemerintah melalui bank sentral.
2. Digital vs Fisik
Sebagai mata uang digital, Bitcoin tidak memiliki bentuk fisik dan bersifat virtual. Sementara mata uang tradisional yang dikeluarkan oleh bank sentral memiliki bentuk fisik uang kertas dan koin logam.
3. Inflasi dan Deflasi
Terjadinya inflasi atau deflasi dapat menyebabkan kenaikan atau penurunan nilai mata uang tradisional. Lain halnya dengan Bitcoin yang tidak terpengaruh inflasi atau deflasi suatu negara.
4. Jumlah
Mata uang tradisional dapat dicetak dengan jumlah tak terbatas oleh bank sentral sesuai kebutuhan pasar. Namun jika dicetak secara berlebihan, dapat menyebabkan penurunan nilai mata uang tersebut.
Hal itu dapat menyebabkan harga barang dan jasa melambung tinggi yang tidak sesuai dengan permintaan pasar.
Sedangkan pasokan Bitcoin jumlahnya sangat terbatas, yaitu 21 juta koin saja. Satoshi Nakamoto merancang aset kripto ini dengan penutup untuk membatasi pasokan. Hal ini membuat Bitcoin semakin langka dan meningkatkan harga dan permintaannya.
5. Keamanan
Transaksi Bitcoin berada di Blockchain bersifat immutable dan tidak dapat diubah. Sehingga menjadikannya lebih aman daripada mata uang tradisional.
Nah, itu dia beberapa perbedaan Bitcoin dan mata uang tradisional. Apakah kamu mulai tertarik mempelajari Bitcoin dan aset kripto lainnya?